MONJALI : Sebuah Cerita

Museum Monumen Yogya Kembali atau Monjali merupakan museum sejarah perjuangan pahlawan Republik Indonesia. Museum yang dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI ini beralamat di Jl. Ring Road Utara Jongkang, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Bangunan Monjali berbentuk kerucut setinggi 31.8 m yang dikelilingi kolam air. Memasuki halaman museum terdapat dinding besar yang memenuhi sisi selatan monumen yang berisi Rana Daftar Nama Pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III dan puisi 'Karawang-Bekasi'  karya Chairil Anwar.

Terdapat tiga lantai di bangunan Monjali. Di lantai satu adalah museum dimana terdapat empat ruang museum yang menyajikan benda-benda koleksi berupa: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum yang kesemuanya menggambarkan suasana perang kemerdekaan 1945-1949. Pengunjung bisa melihat tandu, seragam tentara dan dokar Panglima Besar Jenderal Soedirman selama Perang Gerilya.Di lantai satu juga terdapat perpustakaan  yang khusus menyediakan bahan-bahan referensi sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dan dapat dimanfaatkan oleh umum. Selain itu, terdapat ruang serbaguna ditengah-tengah ruangan lantai satu yang dilengkapi dengan panggung terbukanya. Setiap hari Sabtu dan Minggu diruangan ini digelar berbagai atraksi diantaranya tarian klasik, gamelan, musik electone yang memainkan lagu-lagu perjuangan. Ruangan Serbaguna ini juga bisa digunakan untuk keperluan masyarakat umum.


Di sekeliling lantai dua Monjali, terdapat 40 buah Relief Perjuangan Fisik dan Diplomasi perjuangan Bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949. Di dalam bagian lantai dua Monjali, pengunjung  dapat melihat sepuluh diorama perjuangan Fisik dan Diplomasi Bangsa Indonesia sejak 19 Desember 1948 hingga 17 Agustus 1949 melingkari bangunan monumen. Diorama diawali dengan Agresi Militer Belanda memasuki kota Yogyakarta untuk menguasai kembali Republik Indonesia pada tanggal 19 Desember 1948 dimana pengunjung bisa menyaksikan miniatur pesawat-pesawat Belanda yang dibuat mirip dengan aslinya. Sepuluh diorama tersebut disajikan dalam kronologi waktu sehingga pengunjung dapat dengan mudah memahami setiap tristiwa yang terjadi.


Di lantai tiga, terdapat sebuah ruangan besar berdindingkan lukisan berbentuk tangan karya seniman yang menggambarkan kegigihan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Di sini juga terdapat tiang bendera yang dapat digunakan untuk acara-acara yang bersifat nasionalisme.

Sayangnya, terdapat beberapa kekurangan di bagian bangunan Monjali. Cat 40 relief yang mengelilingi Monjali banyak yang terkelupas sehingga mengurangi sisi estetikanya. Selain itu, bagian tubuh kerucut utama Monjali terlihat kusam dengan banyak bercak yang seakan menggambarkan bahwa Monjali tidak terurus. Terdapat banyak bagian plafon di lantai satu yang rusak dan bolong dan berimbas pada kurang nyamannya pengunjung. Di sekeliling Monjali juga masih banyak sampah organik dan anorganik yang tercecer akibat kurangnya kesadaran pengunjung Monjali dan Taman Pelangi Monjali untuk membuang sampah pada tempatnya.


0 komentar:

Post a Comment

 
;