0 komentar

Including Character in the Process of Education

 by 
Sapta Abimanyu, S.Pd.


Education is one need that cannot be separated from human beings. It allows them to put society in order. Through the knowledge possessed by every single individual, the system of economy, laws, and social grows following the dynamic needs in society.
Apparently, what happened in the status quo recently doesn’t really describe the use of education. Contemporary problems like terrorism, crimes, and violence spread massively all over the world. This is because the process of education itself only filled mostly by increasing ability to achieve certain levels of intelligence and tends to neglect the other goal of education namely character.
Character is as essential as intelligence in education. It helps individual to have positive personal attitude and skill. It brings moral values that at the end support the existence of the social system as well. Without this one, people will misuse their intelligences and the aforementioned problems above can never be eradicated.
One of the ways to make intelligence and character as the goals of education attained is by including both goals in one concept known as character education. It is now trending in many countries as they face the same problems. Indonesia as one of the countries with the biggest possibility of getting the problems has been applying this concept.
The concept of character education in Indonesia is actually prompted  before millennium. The subject of Pendidikan Moral Pancasila (PMP) could at least guide people not only to be clever but also to treat others with respect. Yet, it seemed inadequate since it was only specific subject that taught students to own the good character, whereas in other subjects, the students were still spoon-fed that intelligence is the primary need. It was proven by the method use in the past time of education in Indonesia, in which students should only think intensively but not critically. Meanwhile, the only way to inject comprehensive good character to learners is by liberate their way of thinking at any discipline so that knowledge will not only see as a naïve entity and problems can efficiently be solved since by cooperation.
Fortunately, in recent educational concept in Indonesia, students are given a very wide opportunity to use their critical thoughts. In the recent curriculum, teacher’s role as a spoon-feeder is decreased since the teaching-learning processes are mostly student-oriented. It is a very good way for students. By having this freedom, students can freely express their ideas that at the end will help teachers to know their potentials. When the potentials are obviously seen, it will be easier to segment them to particular position that will balance the social system as well as prevent negative possibilities of intelligence use. Besides, the eradication of Ujian Nasional  (UN) brings positive impact to the students and society in general. As we know that when UN was applied, students tried any endeavor, either positive or negative to pass the standard score. Through the new policy, the cheating tradition can significantly be decreased or even erased. Further, we can all realize that score which is said to prove intelligence is not the only means to measure someone. This is in accordance with the goals of education.
There is only one thing that we can do to perfect the integration of intelligence and character in education. There should be multi-stakeholders engagement in controlling the learners’ behavior. Parents, as the one who have the closest relationship with the students, can actively control their children. Controlling is not limiting and liberating cannot simply be defined as neglecting. With this, hopefully students can get maximum benefit of character education and the cases between parents and teachers happening recently will not ever be repeated.
In conclusion, character and intelligence should co-exist in education. It is not only will help students as individuals in developing their potentials, but it also will create a peaceful world.

0 komentar

JOGJA AWARE SOCIETY MEETING - 1 MAY 2016

Hari ini Jogja Aware Society membahas rumah impian di masa mendatang. Beberapa dari kami memilih untuk tinggal di Indonesia, tapi banyak dari kami yang ingin tinggal di negara lain. Bagaimana detailnya? Yuk kita simak.

Satrio : Satrio ingin melanjutkan studi dan berencana mempunyai apartemen di Singapura. Satrio adalah mahasiswa perhotelan di Stipram, dan mimpinya ini sangat mungkin terwujud mengingat profesinya ke depan lebih mengarah ke dunia internasional.
Fatwa : Fatwa berambisi untuk menjadi seorang pengusaha. Fatwa adalah mahasiswa jurusan bisnis dan manajemen di UAJY. Dia ingin membuka bisnis martabak premium di Amerika atau negara western lain dengan partnernya. Mengapa martabak? karena manis merupakan rasa universal, jadi peluang bisnis kuliner ini terbuka lebar.

Fajri : Fajri, seorang mahasiswa Farmasi UII yang berencana untuk membangun rumah di Swedia. Swedia menjadi pilihannya karena lingkungan yang sangat nyaman untuk ditempati. Untuk mewujudkan rencana itu, Fajri memanfaatkan aplikasi CouchSurfing.
Diesta : Untuk rumah masa depan, kota wisata Batu menjadi pilihan mahasiswa Fakultas Pertanian UGM ini. Tetapi, Diesta juga ingin mempunyai hunian di Selandia Baru. Ide gila juga diungkapkan Diesta, ia ingin mempunyai summer house di Kutub Utara. Beku!
Dita : Mahasiswa jurusan Ilmu Tanah asal Pekalongan ini memilih Jogja sebagai daerah di mana ia akan membangun rumah di masa depan. Tetapi negara lain seperti Jepang juga menjadi pertimbangannya karena Dita pernah tinggal di Jepang selama beberapa waktu dalam sebuah acara pertukaran.
Gisel : Gisel berkata ia akan tetap tinggal di kampung halamannya, Banjarnegara, karena atmosfir dan lingkungan di Banjarnegara adalah yang terbaik menurutnya. Mahasiswi Stipram ini juga tidak menutup kemungkinan untuk mengikuti Diesta tinggal di Kutub Utara. Banjarnegara mirip Kutub Utara lah ya..

Kiki : Kiki memilih Jogja sebagai tempat untuk tinggal di masa mendatang karena ia berasal dari kota ini. Alumni Pendidikan Bahasa Inggris UII ini juga Perth, Australia juga tempat yang asyik untuk tinggal. Kiki pernah tinggal di Perth selama 4,5 tahun, jadi ia cukup mengetahui situasi dan kondisi di sana.
Abi : Abi akan kembali ke kampung halamannya di Bandar Lampung untuk membuat rumah di masa mendatang. Alumni Pendidikan Bahasa Inggris ini memilih Bandar Lampung karena kota tersebut dirasa tempat yang paling cocok untuk hidup. Ia juga berencana memanfaatkan masa mudanya untuk mengunjungi tempat-tempat lain di dunia dan mengenal budaya lain agar bisa beradaptasi dengan mudah dengan orang baru.

Deny : Alumni jurusan IT UII ini menentukan kota lain selain kampung halamannya di Kalimantan Barat sebagai tempat untuk membangun rumah di masa mendatang. Deny yang pernah tinggal di Thailand ini juga melihat kesempatan kota-kota lain di Eropa untuk ditinggali.
Firman : Pria asal kota Bandung ini memilih Jakarta atau daerah sekitarnya sebagai tempat dimana ia akan hidup nantinya. Firman sangat menyukai produktivitas yang dimiliki oleh penduduk kota metropolitan. Tak heran, mahasiswa Fisipol UGM ini juga bermimpi ingin tinggal di New York atau New Jersey, Amerika Serikat.
Vino : Host pekan ini juga memilih Jakarta karena ia berasal dari kota tersebut. Dokter muda ini juga memiliki rencana untuk membangun rumah sakit di kampung halaman ayahnya di kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Tetapi jika harus memilih, Kanada lah negara yang akan ia tempati untuk hidup.


Seru ya percakapan kami?! Jangan lupa untuk ikutan di pertemuan pekan depan ya manteman. See you!
2 komentar

INFO YUDISIUM UNTUK MAHASISWA FBS UNY

Halo guys..Aku pribadi rasa ngurus yudisium di FBS UNY agak ribet, jadi aku pengen berbagi beberapa info dan tips buat kalian yang nantinya bakal ngurus yudisium juga. Info dan tips ini aku dapat dari pengalaman sendiri dan curhatan temen-temen yang lain. Info dan tips ini khusus buat jurusan PBI, tapi mungkin juga bisa diterapkan di jurusan bahkan fakultas lain.Panduan yudisium sebenarnya ada di dekanat masing-masing, tapi realitasnya jauh lebih kompleks dan detail dari yang tertulis. Take a look.
1. Buatlah lembar approval (persetujuan) dan ratification (pengesahan) yang banyak. Kemaren aku buat masing-masing enam rangkap. Buat apa? Buat back up, dan bahkan ada temenku yang ngurus keringanan biaya wisuda dengan lembar-lembar ini.
2. Khusus PBI, jangan lupa bikin thesis summary dan e-journal beserta approvalnya. Dan juga abstrak dengan format ISO. Thesis summary dan e-journal akan dikompilasikan dengan thesismu di CD yang akan dikumpul di jurusan, sedangkan print out abstrak format ISO akan disertakan di map yang akan di kumpul di dekanat. Formatnya? Tanya teman/senior yang udah pernah buat sebelumnya. You can contact me anyway.
3. Revisi diurus secepat mungkin karena gak semua dosen bisa langsung ACC. Apalagi buat kamu yang mengejar yudisium/wisuda periode terdekat, kudu wani nggetih ngelembur. Terlebih, kadang revisian udah selesai tapi dosen susah ditemui untuk hanya sekedar tandatangan ratification sheet. It happens so many times.
4. Untuk tandatangan ratification sheet, urutannya dari penguji 1, penguji 2, ketua, lalu sekretaris. Kalo kepepet, bisa tanya dosen yang bersangkutan apakah bisa “melangkahi” dosen lain. Beberapa bisa, tapi kebanyakan nggak.
5. Udah rampung urusan approval sama ratification, langsung lanjut discan dan lampirkan di jilidan skripsimu. Saranku, booking tempat penjilidan skripsi danpembuatan CD beberapa hari sebelumnya, jadi pas ntar approval sama ratification jadi, tinggal ditambahin aja. Meringkas pekerjaan.
6. CD ada tiga: buat perpus pusat, perpus fakultas, dan jurusan. Buat perpus pusat dan fakultas, isi CDnya adalah thesismu, format Ms.Word dan PDF. Untuk jurusan, isi CD adalah skripsi, thesis summary, dan e-journal. Formatnya juga Ms.Word dan PDF.
7. CD dibungkus di Kotak CD yang bentuknya persegi panjang, sampul depannya adalah sampul skripsi kita, dan sampul belakangnya adalah judul skripsi, nama, nim, abstrak. Karena gak ada detail tentang bungkus CD, kemaren aku beli yang bentuk lain. Pertimbangannya? Lebih murah dan kotake ra kanggo bar dijipuk CDne. And it’s wrong.
8. Jangan lupa ambil surat pengantar yudisium, checklist jurusan, dan form data diri di kantor Sastra Inggris.
9. Kalo skripsi jilidan dan CD udah jadi, langsung ke perpus fakultas ntar dapet surat penyerahan skripsi dan bebas perpus. Trus ke kantor jurusan serahkan berkas yang ada di CHECKLIST jurusan. Setelah itu, ke dekanat ngurus nilai dan DHS. DHS difotokopi dua rangkap dan dilgalisir ke kasubbag pendidikan.
10. Kalo urusan legalisir ke kasubbag belum selesai karena mungkin kasubbagnya lagi gak di tempat, kamu langsung ke perpus pusat aja. Di perpus pusat kamu serahkan CD dan bayar bebas perpus 25k.
11. Kalo udah ke perpus pusat, kamu udah bisa ngisi formulir online yudisium dan bisa bayar biaya wisuda. Kalo udah bayar, kamu sebenarnya sudah “aman”. Berkas yeyelala bisa menyusul.
12. Jangan lupa pas online, CATET nomor di bagian pembayaran yudisium. Nomor ini dipake buat transaksi pembayaran di bank.Jangan lupa ke IKA UNY buat daftar alumni dan ngecap bukti pembayaran di bank.
13. Khusus beasiswa bidikmisi, kerjasama, atau beasiswa endorsan lain (((endorsan))), jangan lupa liat bagian pembayaran di formulir online siakad. Kalo di bagian pembayarannya udah warna ijo semua, yowes. Tapi ada kasus di bagian pembayaran wisudanya masih merah. Nah untuk mengatasinya, kamu harus ke bagian keuangan rektorat lantai tiga sayap barat. Nanti di sana dibuatin surat untuk kemudian diserahkan kebagian akademik rektorat lantai satu sayap timur. Setelah itu yang merah bakal jadi ijo juga kok.
14. Untuk PBI, jangan lupa sumbangan buku ke bu Jameela. Sumbangan dalam bentuk uang. Nanti kamu bakal dikasih list buku dan harganya. Tinggal pilih aja sis. Range harga antara 30k-ratusan ribu. Sing murah waeee.
15. Kalo udah, langsung masukkan berkas yang dibutuhkan ke map dan kumpulkan ke dekanat. Saranku, beli binder yang khusus buat klasifikasi berkas (Clear Holder), biar tertata dan surat-suratmu gak kelipet. Aku beli yang merk InterX di toko merah, harganya sktar 40k.(bukan endorse). Warnanya merah, warna kesukaanku (ra penting).

Sekian. Semoga bermanfaat masbroooo!!!
0 komentar

SLEMAN CULTOURISM 2015

Sleman Cultourism 2015 is an event organized by Ikatan Dimas Diajeng Sleman. The event aims to introduce and preserve cultural values and tourism objects in Daerah Istimewa Yogyakarta, specifically Sleman Regency. Located in Jogja City Mall, it's served in a chain of programs : Tourism Talkshow, Dimas Diajeng Cilik Socialization, Tourism and Cultural Photography Competition, Nusantara Dance Parade, Fashion Show, Folklore Drawing Competition, Fantasy Make-Up Competition, Yogyakarta Classical Dance Competition, and jarikAN Flashmob. With the theme "Melestraikan Pariwisata dan Kebudayaan Milik Negeri", Sleman Cultourism 2015 was successfully conducted. 












































































 
;