0 komentar

Siswa Lampung Raih Penghargaan Aktor Terbaik Nasional



Bandarlampung, (ANTARA) - Siswa dari Grup Teater Kolastra SMA 9 Bandarlampung, Sapta Abimanyu, berhasil meraih penghargaan sebagai aktor terbaik dalam Festival Nasional Kesenian Teater Remaja 2010, di Taman Mini Indonesia Indah, pada 1-4 November 2010.

Menurut aktivis Teater Satu Lampung, Dery Efwanto, yang menjadi pelatih Teater Kolastra dalam perlombaan tersebut, di Bandarlampung, Jumat, SMA 9 Bandarlampung berhasil meraih dua penghargaan pada festival tersebut, yaitu aktor terbaik dan rancangan poster pertunjukan terbaik.

"Rancangan poster terbaik berhasil diraih oleh siswa SMA 9 Bandarlampung lainnya, atas nama Garda Lastika," kata dia.

Festival Nasional Kesenian Teater Remaja 2010 merupakan perlombaan tiga tahunan yang diadakan di Taman Mini Indonesia Indah.

Untuk perlombaan tersebut, Provinsi Lampung diwakili oleh Teater Kolastra SMA 9 Bandarlampung, yang menjadi juara pertama pada Liga Teater SMA 2009 di Taman Budaya Lampung.

Pada festival itu, Teater Kolastra membawakan lakon "Aruk Gugat" karya Iswadi Pratama, karena panitia meminta peserta dari seluruh Indonesia itu mementaskan pementasan teater tradisi.

Untuk kepentingan pementasan, tim dari SMA 9 Bandarlampung memberangkatkan 14 orang, yang terdiri atas 13 pemain, 1 guru pendamping, ditambah 1 sutradara merangkap pelatih pementasan dari Teater Satu Lampung.

Selain tim dari SMA 9 Bandarlampung, ikut mendampingi mereka 7 orang official dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung, yang dipimpin oleh Yusuf Subrata.

Sayangnya, official dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung, menurut seluruh siswa, terkesan setengah hati dalam mendampingi mereka.

Dery mengaku, selama berada di Jakarta mereka terkesan ditelantarkan dan tidak diurus.

Official tidak mendaftarkan rombongan yang akan menginap di Jakarta selama lima hari itu di anjungan Lampung Taman Mini Indonesia Indah, untuk diberikan akses penginapan di sekitar lokasi itu sebagaimana duta kesenian asal Lampung sebelumnya, sehingga mereka terpaksa menginap di wisma.

"Seluruh rombongan harus menetap di dalam satu wisma, tanpa ada pemisahan rumah antara laki-laki dan perempuan, selain itu seluruh rombongan tidak ada yang dibekali uang saku, padahal itu tercantum dalam anggaran," kata dia.

Selain itu, official tersebut ngotot meninggalkan arena festival pada Rabu (3/11), padahal menurut Dery, dalam SPJ mereka tertulis tim akan berada di TMII hingga penutupan festival.

"Mereka mengancam, apabila rombongan ingin tinggal sampai hari penutupan, akomodasi dan penginapan silahkan ditanggung sendiri," kata dia.

Meski demikian, rombongan dapat tinggal hingga hari penutupan festival, atas desakan dari Dery yang meminta bantuan staf khusus Gubernur, Anshory Djausal, via telepon. (*)
Faceb
 
;